Langsung ke konten utama

Batal Ikut Paskibra tingkat Kecamatan


Pasukan Pengibar Bendera (lifestyle.kompasiana.com)
Pagi itu seorang guru datang ke kelas kami, kelas 1-F. Beliau adalah guru olahraga kami, Bpk. Bibit Widianto. Setelah meminta ijin kepada guru yang sedang mengajar, beliau memberikan pengumuman. 

“Bagi yang namanya saya sebut, silahkan mengacungkan jari.” 

Kemudian beliau menyebut beberapa nama di kelas kami, termasuk diantaranya nama saya. 


“Nah bagi yang namanya saya sebutkan tadi, nanti pada jam istirahat, silahkan menuju ruang UKS. Nanti penjelasan selanjutnya akan saya paparkan di sana."

Akhirnya tibalah saat jam istirahat yang pertama. Saya dan teman-teman segera menuju ruang UKS. Ruang tersebut merupakan ruang Unit Kesehatan Sekolah yang sekaligus digunakan sebagai kantor bagi guru olahraga kami. Ternyata di sana sudah ada teman-teman kami dari kelas yang lain. Kami pun diminta untuk mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan satu per satu. Sang guru olahraga mencatat data-data kami. 

Setelah semua anak selesai, beliau menjelaskan bahwa tahun ini sekolah kita mendapat tugas untuk menjadi pasukan pengibar bendera pada upacara HUT ke-58 Republik Indonesia. Upacara tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 2003 di lapangan Jumoyo, Salam. Upacara tersebut akan dihadiri oleh para pejabat yang ada di kecamatan Salam, termasuk Camat, Muspika, Para Kepala Desa dan wakil dari seluruh sekolah yang ada di kecamatan Salam.

Perasaan saya begitu berbunga-bunga saat itu. Dadaku bergemuruh, semangat saya meluap, seakan tak percaya bahwa saya akan menjadi salah satu dari Pasukan Pengibar Bendera seperti yang pernah saya lihat di TV. 

Kemudian Pak guru olahraga tersebut menlanjutkan penjelasannya. 

“Nanti akan ada petugas dari Koramil Salam yang akan memberi arahan kepada kalian. Jumlah kalian saat ini adalah 80 orang. Nantinya akan ditentukan siapa saja yang akan menjadi pasukan 45, pasukan 8, pasukan 17 dan 3 orang petugas pengibar bendera.”

Dalam hati saya menghitung jumlah keseluruhan yang dibutuhkan, ternyata masih ada sisa 7 orang. Salah seorang teman saya bertanya kepada guru kami, 

“Pak, apakah nanti akan ada eliminasi dalam proses latihan ini??” 

“Ya, nanti beberapa akan kembali ke kelas, karena jumlahnya memang lebih. Tapi biarlah nanti petugas dari Koramil yang menentukan”. Jawab guru kami

Akhirnya latihan pun dimulai. Ada tiga orang tentara yang datang ke sekolah kami. Seorang tentara memberi komando kepada kami untuk melakukan beberapa gerakan seperti Langkah tegap maju, jalan di tempat, hormat, dsb. Dua orang yang lain bertugas mengamati gerakan kami. 

Karena tegang dan perasaan takut tersingkir, justru timbul energi negatif yang tersalur ke seluruh tubuh saya. Hal itu membuat gerakan-gerakan yang saya lakukan terlihat kaku. Bisa dibilang kayak jadi seperti robot. Akhirnya sang komando memberi jeda kepada kami. Di waktu jeda, salah satu dari tentara tersebut memanggil saya dan beberapa teman kami untuk maju ke depan. Beliau memberikan penjelasan bahwa latihan kami cukup sampai di sini dan bias kembali ke kelas.

Saya pun harus menerima kenyataan, batal menjadi Pasukan Pengibar Bendera walaupun itu hanya tingkat kecamatan. Saya sangat sedih namun apa boleh buat itulah keputusan yang telah diambil.
Tanggal 17 Agustus 2003, di Lapangan Jumoyo, Salam, saya mengikuti upacara bendera dalam rangka HUT ke-58 Republik Indonesia hanya sebagai peserta bukan Pasukan Pengibar Bendera. Namun hal itu tidaklah mengurangi kecintaan saya pada negeri ini. Negara Indonesia.

Tiga tahun kemudian, sekolah kami kembali mendapat tugas dari kecamatan untuk menjadi Pasukan Pengibar Bendera. Adik saya yang saat itu duduk di kelas dua terpilih menjadi salah satu Paskibra. Sambil pamit, karena harus berangkat ke Bandung, saya memberi selamat kepada adik saya dan memberi nasehat agar jangan tegang dan tetap lakukan segala sesuatunya dengan baik.

Komentar

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu...

Olahraga di Club House Valencia

Sejak akhir November lalu saya mempunyai kegiatan baru di sore hari. Kegiatan tersebut adalah berolahraga di Club House Valencia. Jika ada waktu dan istri mengijinkan, maka sepulang kerja saya langsung menuju ke tempat tersebut untk berolahraga.

Kopdar Bareng Bu Bertiana

Kemarin saya kopdar bareng Bu Bertiana. Ini adalah kali kedua saya berkesempatan untuk bisa kopdar sama beliau. Bedanya kalau dulu saya cuma sendiri, kemarin saya ajak keluarga. Sebagaimana yang dulu, beliau orangnya selalu ramah, humoris dan tidak pelit berbagi ilmu. Beliau yang sudah pernah menjelahi berbagai negara (SG, HK, dsb) ini begitu banyak wawasan dan pengalaman. Ngobrol dengan beliau waktu 2,5 jam seakan tak terasa. Tahu - tahu udah jam 2 aja. Selain tidak pelit berbagi ilmu, beliau juga senang berbagi makanan. Waktu pulang saya dikasih 3 box makanan. Semuanya adalah produk makanan hasil olahan beliau sendiri. Ada peyek kacang, ada sumpia gurih dan sumpia pedas. Waktu saya memakanannya, rasanya sungguh endes. Gurih dan renyah. Cocok untuk camilan maupun dipadu dengan menu lain. Maka tak heran jika makanan tersebut dipesan oleh pembeli dari berbagai pulau di Indonesia. Baik Sumatra, Kalimantan maupun Jawa. Bagi yang ingin memesannya lewat m...