Langsung ke konten utama

Bekal ilmu lain dari sahabatku


Hanya sekedar ingin share bagi mereka yang akan segera menikah atau pun yang sudah menikah. Artikel ini merupakan salah satu kiriman dari sahabat saya di situs jejaring sosial Facebook. Artikel yang dikirimkan oleh Ibu Sri Untari, SPsi pada tanggal 18 Desember 2010 kepada semua anggota grup “Luangkan Waktu Berkualitas Untuk Anak Kita”. Artikel beliau yang lainnya bisa anda lihat di blog beliau yaitu di http://sri-untari.blogspot.com/.

Bagi Mas Bro Acacicu serta Mbak Prit Api Kecil dan semua pasangan yang akan menikah, saya ucapkan Barakallahu laka, wa baraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin. “Semoga Allah melimpahkan keberkahan dalam kelapanganmu, keberkahan dalam kesempitanmu, serta menyatukan kamu dalam kebaikkan.”
Artikel ini sebenarnya diperuntukkan bagi mereka yang sudah menikah, namun tidak ada salahnya bagi mereka yang belum masuk ke jenjang pernikahan untuk membacanya. Paling tidak bisa menjadi bekal bagi kita untuk masa yang akan datang.

Silahkan dibaca pelan-pelan dan penuh penghayatan.
Semoga bermanfaat

Ungkapan Sederhana Untuk Istri Tercinta
 oleh Muh. Fauzil Adhim


Bila malam sudah beranjak mendapati Subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi Anda.

Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi oleh gurat-gurat kepenatan karena seharian ini badannya tak menemukan kesempatan untuk istirahat barang sekejap, Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.


Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat Anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, Tubuh letih istri Anda barangkali belum benar benar menemukan kesegarannya. Sementara dia langsung dihadapkan oleh tugas-tugas yang sudah menunggunya, membereskan rumah, memikirkan makanan apa yang harus dihidangkan hari ini atau bahkan bersiap untuk berangkat kerja sedangkan anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri Anda pula yang harus mencucinya.

Di saat seperti itu, apakah yang Anda pikirkan tentang dia? Masihkah Anda memimpikan tentang seorang yang akan senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama Anda menuntut dia untuk menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam bicara, tulus dalam memilih kata serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya yaitu membantu mencari nafkah.

Sekali lagi, masihkah Anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus dan lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak Anda membiarkan istri kita membentak anak-anak dengan mata membelalak. Tidak, saya hanya ingin mengajak Anda melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara kita tak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar kalau ia tidak sabar. Begitu pula manakala matanya yang mengantuk tak kunjung memperoleh kesempatan untuk tidur nyenyak sejenak, maka ketegangan emosinya akan menanjak. Di saat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak kita rnenjerit karena cubitannva yang bikin sakit.

Apa artinya? Benar, seorang istri shalihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tetapi istri shalihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui dan dihargai meski tak pernah meminta kepada Anda. Sementara gejolak-gejolak jiwa yang memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah Anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak. Jangankan istri kita yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri Nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi Saw. tak mau mendengar melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi Saw. hanya diam menghadapi ‘Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan.

Alhasil, ada yang harus kita benahi dalam jiwa kita. Ketika kita menginginkan ibu anak-anak kita selalu lembut dalam mengasuh, maka bukan hanya nasehat yang perlu kita berikan. Ada yang lain. Ada kehangatanyang perlu kita berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada juga perasaan aman dan dilindungi dalam kelangsungan hidupnya dan anak-anaknya baik secara materi dan non materi.


 Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta dan kasih-sayang. Ada ketulusan yang harus kita usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak kita. Sepenat apa pun ia.


Ada lagi yang lain: pengakuan dan penghargaan. Meski ia tidak pernah menuntut, tetapi mestikah kita menunggu sampai mukanya berkerut-kerut. Karenanya, marilah kita kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu telah melewati tengah malam, pandanglah istri Anda yang terbaring letih itu. Lalu pikirkankah sejenak, tak adakah yang bisa kita lakukan sekedar untuk mengucap terima kasih atau menyatakan sayang? Bisa dengan kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata. Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. Tubuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan kepadanya ketika matanya telah terbuka, “Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku hantarkan untuk itu?”

Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau kita terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly; tetapi semata karena mencari ridha Allah. Sebab selain niat ikhlas karena Allah, tak ada artinya apa yang kila lakukan. Kita tidak akan mendapati amal-amal kita saat berjumpa dengan Allah di yaumil-kiyamah. Alaakullihal, apa yang ingin Anda lakukan, terserah Anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan kita untuk menyatakan terima-kasih, tak ada air mata duka yang menetes dari kedua kelopaknya. Semoga dengan kesediaan kita untuk membuka telinga baginya, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang kita berikan kepadanya, kelak istri kita akan berkata tentang kita sebagaimana Bunda ‘Aisyah radhiyallahu anha berucap tentang suaminya, Rasulullah Saw., “Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.”


 Sesudah engkau puas memandangi istrimu yang terbaring letih, sesudah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya. Hamparkanlah ke tubuh istrimu dengan kasih-sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan, Semoga engkau termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia.


Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakkurmu. Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah Saw. berpesan tentang istri kita. “Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka. Ketahuilah,” kata Rasulullah Saw. melanjutkan, ‘kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari Allah, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan kitab Allah. Takutlah kepada Allah dalam mengurus istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik. “Kita telah mengambil istri kita sebagai amanah dari Allah. Kelak kita harus melaporkan kepada Allah Taala bagaimana kita menunaikan amanah dari-Nya, apakah kita mengabaikannya sehingga gurat-guratan dengan cepat menggerogoti wajahnya,  jauh lebih awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, kita sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri ? Saya tidak tahu. Sebagaimana saya juga tidak tahu apakah sebagai suami, Saya sudah cukup baik. Jangan-jangan tidak ada sedikit pun kebaikan di mata istri. Saya hanya berharap istri saya benar-banar memaafkan kekurangan saya sebagai suami. Indahnya, semoga ada kerelaan untuk menerima apa adanya.

Hanya inilah ungkapan sederhana yang kutuliskan untuknya.

Semoga Anda bisa memberi ungkapan yang lebih indah untuk istri Anda.
Bagi anda yang ingin membaca artikel lain dari Ibu Sri Untari silahkan menuju ke blog beliau di http://sri-untari.blogspot.com/

Komentar

  1. ceritanya menginspirasi mas,,sayang saya belum punya istri,, :)

    BalasHapus
  2. Wah perlu dibaca bagi semua laki-laki tuh, huehehe...

    BalasHapus
  3. khusus renungan untuk diri sendiri yaa mas.. hehe..

    di pamerin dong di webe, biar banyak yang baca.. :)

    BalasHapus
  4. ini artikel buat pelajaran saya nanti ketika kelak punya istri,biar lebih menjaga & memerhatikan sang istri

    BalasHapus
  5. Hmmm... sudah mantap teorinya Mas, tinggal praktekkan segera ;)

    BalasHapus
  6. hiks...kok bunda jadi mberebes mili ya baca tulisan ini Masjier :(
    ingat akan nasib ibu2 yg terlanjur mencelakakan buah hatinya sendiri, atau istri yg teraniaya krn KDRT.
    ibu dan istri yg demikian masih sangat banyak sekali dinegeri ini .. :(

    semuanya mungkin diawali kesulitan ekonomi, kurangnya pemahaman ttg agama juga kurangnya keterlibatan suami dlm urusan domestik dlm rumah tangga

    seandainya saja, banyak orang memahami dan menjalani kehidupan berumah tangga seperti tulisan diatas, insyaAllah tdk ada yg namanya KDRT ataupun perselingkuhan dan perceraian ya Masjier :)
    salam

    BalasHapus
  7. pelajaran sudah didapat dari arah manapun mas, sekarang tinggal mempraktekannya. oya, sebentar lagi kan mas ya.. heheh

    Oya, sekalian ngasi PR buat mas Jier,
    http://www.masjier.com/2011/11/bekal-ilmu-lain-dari-sahabatku.html
    Smoga berkenan ngerjain mas.. :D

    BalasHapus
  8. owalah,, salah ngasih link mas Jier, kok yg masak malah link-nya njenengan yah.. hiihih
    Yang ini yang bener mas.. :D

    http://mabrurisirampog.wordpress.com/2011/11/14/pr-blogger-kenangan-tak-terlupa-saat-smp/

    Heheh,, maturnuwun

    BalasHapus
  9. ini sih artikel sekalian buat diri sendiri ya Mas, hehehe ...

    semoga lancar nanti acaranya ya ...

    BalasHapus
  10. Menjadi istri adalah posisi yang sangat membahagiakan, sekaligus sebuah posisi yang menguji sebuah kesabaran, ketulusan, penerimaan. Terkadang harus kuat menerima kondisi yang berbeda saat sebelum menikah. tapi itulah proses yang harus dijalani dengan tegar dalam sebuah rumah tangga. Menjadi suami juga pasti mengalami hal yang sama. Yang dibutuhkan hanyalah saling memahami dan saling menerima kekurangan dan kelebihan.

    Untuk masbro dan apikecil.. malam ini pasti sibuk mempersiapkan besok. Semangat ya

    BalasHapus
  11. Speechless deh. Mengalami kejadian sebaliknya dari tulisan ini. Tapi Alhamdulillah bisa mengatasi semuanya dengan belajar Islam lalu dituliskan lagi pemahamannya

    BalasHapus
  12. ini tulisan juga buat sampean kan kang yang juga mau ke jenjang pernikahan?

    selamat juga deh Mas Jier menjelang detik-detik menjadi bapak.. matur nuwun ya mewakili Masbro dan calonnya untuk ucapannya

    BalasHapus
  13. hiks... terharuuuu...

    hmmm... mau kukirim ke e-mail suami aaaah...

    tapi lewat tengah malam aku pun sering memandangi wajah suami yg letih... pun perlakuan istri pun jg hrs sangat memahami suami...

    semoga kelak pernikahannya indah ya Mas Jier, amin.. :-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.