Langsung ke konten utama

Surat Vino untuk papa dan Mura

Film Malaikat Tanpa Sayap
Surat ini merupakan bagian dari Film Malaikat Tanpa Sayap. Surat ini dibuat Vino sebelum dia akan melakukan transplantasi jantung. Surat ini ditulis sebagai tanda perpisahan Vino kepada papanya dan juga Mura.


Bagi anda yang ingin melihat gambaran jalan cerita Film Malaikat Tanpa Sayap bisa klik alamat berikut http://rastine-smagaz.blogspot.com/2012/05/film-malaikat-tanpa-sayap-hidup-nggak pernah mudah.html.

Surat Vino untuk Papa

Pah, Vino minta papa mau maafin mama
Kalau mama mau kembali lagi kumpul bareng papa dan wina Semua yang aku lakuin, buat papa, biat wina, juga buat mama

Pah, kalau ada hal yang aku nggak cerita ama papa, bukan karna aku nggak ngehargain papa
Aku cuma pengen tumbuh jadi laki laki yang bisa nyimpen sepinya sendiri seperti papa
maafin Vino pa


Surat Vino buat Mura

Mura sayang
aku nggak tahu harus mulai dari mana
aku cuma pengen bilang
jatuh cinta sama kamu bikin aku utuh
aku nggak lagi ngerasa separo

Mura sayang
kalau kamu bangun nanti
kamu nggak akan pernah ketemu aku lagi
tapi aku nggak pergi
aku nggak akan kemana mana
aku ada dalam tubuh kamu
kamu akan berdegup dengan jantungku
jantung kita.
Beberapa pemeran dalam Film ini yaitu :
Adipati Dolken sebagai Vino
Maudy Ayunda sebagai Mura
Surya Saputra sebagai Amir (Ayah Vino)
Agus Kuncoro sebagai Perantara (Broker)
Ikang Fawzi sebagai Ayah Mura
Kinaryosih sebagai Mirna (Ibu Vino)
Geccha Qheagaveta sebagai Wina


Source gambar :
rastine-smagaz.blogspot.com

Komentar

  1. belum pernah nonton film ini.. pemerannya kok sama adi pati dan maudy sama dg p=film perahu kertas juga mera berdua

    BalasHapus
  2. belum pernah nonton ni film.....
    :)

    BalasHapus
  3. aku baru tau ada film ini malah :)

    BalasHapus
  4. wah belum nonton nih, emang bagus ya suratnya, kalau saya suka liriknya edcoustic yang muhasabah cinta, saya bisa sampai menangis tuh kalau sedang menghayatinya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.