Langsung ke konten utama

Nasehat Bapak kepada Hartono Kecil

Bapak Prakoso (diperankan oleh Butet Kerta Radjasa) sedang menasehati anaknya (hartono kecil) tentang berbagai hal, salah satunya adalah tentang Nasionalisme dan Cinta tanah air. Saya yakin nasehat tersebut juga sangat penting bagi kita semua para warga negara Indonesia. Untuk itu saya share-kan Nasehat sang Bapak kepada Hartono kecil di blog ini.



Selamat menyimak :


Butet Kertaradjasa
“Memang negara ini sedang sakit, le.” Kata sang bapak

“Kalau sakit kan bisa diobati pak?” kata Hartono kecil

“Hehe iya. Obatnya itu kesungguhan kerja, iya toh,, kerja yang keras dan rasa cinta kepada bangsa dan negara. Ini yang bapak ndak lihat lagi di dalam diri setiap anak bangsa negeri ini.”

Mangkanya le, kamu harus eling kepada sangkan paraning gumade, hehehe... ndak boleh lupa pada asal usulmu, jangan lupa pada tanah kelahiranmu. Ini adalah negaramu le.”

“Iya pak, hartono pasti ingat.”

“iya iya, Oalah le le, Yang namanya nasionalisme itu sekarang sudah ilang, yang ada itu cuma saling menghina, caci maki pada bangsa dan negara sendiri. Kenapa, jadi Lemah???” Sementara itu justru bangga sama negara lain, kenapa mereka saling menyalahkan, ini negaramu le, ini bangsamu”

Mangkanya ya le ya, kalau kamu melihat pin merah putih, tancapkan pin itu ke dalam dadamu, tembus ke jantungmu dan berkatalah “Aku cinta kepada bangsa dan negara ini, ya !!!” Soalnya le sekarang ini  memang harus sadar, sadar kalau kita ini semangkin dihina, kita semangkin dikecilkan, selalu dimanfaatken negara dan bangsa lain. Ingat ya, bangsa kita inilah bangsa yang besar, bangsa yang selalu berjuang menegakkan kemerdekaan yang sesungguhnya.

Ingat itu le, ya kamu harus ngerti ya.”

“Hah,,,,,,, negeri kita ini memang masih susah, tapi kita ndak boleh menyerah, masih ada waktu untuk mengubah. Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk bangsa dan negara ini”

Untuk lebih jelasnya silahkan lihat Video berikut ini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.