Langsung ke konten utama

Abi Latifa

Abi Latifa

Begitulah istriku sekarang biasa memanggilku.
Secara bahasa artinya mungkin sederhana. Abi Latifa berarti Ayahnya Latifa atau Bapaknya Latifa.

Namun bagiku panggilan itu banyak maknanya.

  1. Setiap kudengar panggilan itu, aku teringat akan sebuah tanggung jawab besar mendidik anak
  2. Setiap kudengar panggilan itu, aku sadar bahwa aku bukan lagi seorang Ababil (ABG labil) yang sering terobsesi akan tantangan, petualangan dan hal-hal "gila" lainnya.
  3. Setiap kudengar panggilan itu, aku berdoa supaya Allah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam melaksanakan tugas dan kewajibanku.
  4. Dan masih banyak hal lainnya. 
Dengan panggilan itu, diharapkan nantinya Latifa terbiasa memanggil ayahnya dengan panggilan Abi. Soalnya pernah ada kejadian yang lucu di kampungku. Seorang anak memanggil ayahnya dengan panggilan Mas. Usut punya usut hal ini terjadi karena sang ibu sering memanggil suaminya dengan panggilan Mas. Sang anak pun mengikuti ibunya dan memanggil ayahnya dengan panggilan Mas. hehe

Ya semoga saja anakku nanti tidak seperti itu.


Aisyah Latifa (biasa dipanggil Latifa)



Abi Latifa (Mas Jier)


Komentar

  1. Allhamdulilah sekarang sudah jadi Abi ya. Smeoga Latifa yang cantik menjadi anak yang sholehah . Salam buat uminya

    BalasHapus
  2. Amin, makasih mbak Lidya.
    Salamnya nanti saya sampaikan

    BalasHapus
  3. wah lucu mas anaknya yaah... selamat mas abi hehe..

    #tetanggaku juga ada yang manggil Ibu nya dengan sebutan "mbak" gara2 ibu nya itu perawat banyak orang yg manggil mbak.. akhirnya anaknya ikutan

    BalasHapus
  4. salam kenaaal...cantik sekali putrinyaaa...selamat ya Abi :)...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga mbak

      Makasih sudah berkunjung ke blog saya

      Hapus
  5. Abi Latifa skr tambah subur aja, hehehe ...
    Ayo kapan Latifa di ajak ke Bandung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah bu, pikiran tenang jadi proses pembentukan dagingpun lancar hehehe
      Insya Allah bu, kapan-kapan saya ajak ke Bandung.

      Btw besok ikut kopdar Blogger Nusantara di Jogja, ndak bu??

      Hapus
    2. Insya Allah, ikut juga ? Banyak temen2 bdg yg mau datang, termasuk beberapa teman yang pernah bareng2 jalan ke kebun teh. Yuk ketemuan ...

      Hapus

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.