Langsung ke konten utama

Saya dipanggil Uda Jier

Ada salah satu pengalaman berkaitan dengan kata “uda”. Uda merupakan kata sapaan hormat atau sopan untuk kakak lelaki tau lelaki yang lebih tua di daerah minang. Saya pernah mendapat nama panggilan dengan nama Uda Jier. Bagaimana saya yang orang jawa bisa mendapat nama panggilan tersebut? Nah berikut ceritanya.

Cerita bermula saat bulan Agustus 2007, salah satu teman dan rival saya di kelas Budter 05 (sebut saja namanya Mei Fitri) menghubungi saya. Dia mengabarkan bahwa dia akan ke kota Bandung untuk kuliah. Saat itu dia mendapat beasiswa dari Deperindag (Departemen Industri dan Perdagangan) untuk kuliah di STT Tekstil Kota Bandung.

Dia minta tolong kepada saya untuk membantu mencarikan tempat kost di daerah Cicadas, Kota Bandung. Saya pun menyanggupinya dan segera meluncur ke TKP. Sampai di sana saya pun bertemu dengannya. Layaknya teman yang sudah lama tak jumpa kami pun mengobrol dan saling bertanya kabar. Nah Saat itu dia juga bersama salah seorang teman barunya yang berasal dari Padang. Teman saya pun saling mengenalkan kami.

“Mas Jier, perkenalkan ini namanya Anita”, kata Mei memperkenalkannya kepadaku

“Nit, perkenalkan ini Uda Jier” kata Mei Fitri kemudian.

Saya cukup kaget mendengar sebutan itu. Soalnya saat itu saya belum paham apa maksudya. Teman saya menjelaskan bahwa itu merupakan kata sapaan untuk lelaki yang lebih tua di daerah minang. Saya pun mengangguk-angguk sebagai tanda paham walaupun masih sedikit heran.

Sesudah itu kami pun segera pergi untuk mencari tempat kost. Setelah keliling ke beberapa tempat, kami pun mendapat tempat yang cocok. Baik dari segi harga, jarak ke kampus maupun fasilitas yang ada. Mereka pun masuk dan mulai menempati tempat kost mereka selama di Bandung. Sedangkan saya pamit untuk pulang karena ada keperluan. Namun sebelum pulang saya sempatkan untuk bertanya no. Hp si Anita.

Sambil malu-malu dia berkata, “emang buat apa uda jier tanya nomor Hp punya Nita?”

Saya pun menjawab, “ Untuk jaga-jaga saja, siapa tahu nanti terjadi apa-apa sama Mei dan saya tidak bisa menghubungi nomornya kan saya bisa menghubungi Nita. Karena Mei di Bandung kan nggak ada keluarga, jadi saya yang siap membantu jika ada sesuatu pada Mei” *hahahha so sweet banget, padahal itu mah cuma alasan saja biar dapet nomor Hp*. Akhirnya dia pun memberikan nomor Hpnya begitu juga sebaliknya saya pun begitu.

Ketika saya mau pulang hujan gerimis mulai turun, Teman saya mengatakan nanti saja dulu biar hujannya reda. Namun karena saya ada keperluan saya pun tetap nekat pulang dalam keadaan hujan.

Setelah perkenalan itu saya sering dipanggil oleh Nita dengan panggilan Uda Jier. Panggilan yang menimbulkan rasa gimanaaaa gitu soalnya saya biasa dipanggil dengan nama Mas Jier. Dia lah orang pertama yang paling sering memanggil saya dengan panggilan Uda Jier. Teman saya (Mei) hanya sekali saja menggunakan panggilan itu selanjutnya dia memanggilku dengan nama Mas Jier.

Kini mereka sudah lulus kuliah pada bulan Agustus 2010 tahun lalu. Mei kembali ke Magelang dan sudah di tempatkan di Pemda Kab. Magelang sedangkan Nita kembali ke kampung halamannya di Padang.

Itulah pengalaman pertama saya dipanggil dengan nama Uda Jier. Sahabat blogger tentu baru tahu kan tentang hal ini? Hehehee. 


Photobucket


Kisah ini saya ikutsertakan dalam acara Giveaway yang diadakan oleh Siti Rasuna Wibawa dengan tema "Pengalaman pertama".

Komentar

  1. hadeuh ... ada yang kangen rupanya, kangen dipanggil Uda ya ? :D

    BalasHapus
  2. boleh juga tuh panggilannya Uda Jier, sapa tahu dengan itu sampean segera dapat cewek Padang yang shaliha

    BalasHapus
  3. Weuhehehe Uda Jier *halah melu2*
    Udah dpt nope ada sinyal2 anunya ga tuch??? halah pingin tahu aja xixixix

    BalasHapus
  4. rasanya aneh jadi Uda Jier.. kan wong Jowo... *halah sotoy deh aku*

    tapi sah2 saja,,.. sebutan bisa apa saja, bisa Uda bisa Oppa (kebiasaan nonton drama korea), dll.. asal nama aslinya nggak ganti toh.. hehe..

    sukses kontesnya Uda! :-D

    BalasHapus
  5. kunjungan pertama, salam kenal

    BalasHapus
  6. cocok juga kok jadi uda Jier

    BalasHapus
  7. Cieee cieee, ihiwww.

    Terimakasih yaaa Uda, eh Mas Jier~

    BalasHapus
  8. Ehem..ehem..ngontes sambil mengenang masa² indah bersama Anita dan Mei nih,,kalau gitu saya panggil Uda Jier aja wes, lebih sip hehehe

    BalasHapus
  9. salam kenal mas... :)
    sukses buat kontesnya ya..

    BalasHapus
  10. Apakah Nita itu calon pengantinnya kang? hehe

    BalasHapus
  11. Ada cara mempatenkan panggilan Uda ini Mas, coba tebak?

    Yups betul, dengan mendapatkan Uni :)

    Gadis minang banyak yang sholeha dan pandai mengaji lagi cantik lho Mas, hehe...

    BalasHapus
  12. @bu Dey : hehehe nggak kok bu, cuma pas keinget saja ama kenangan itu.

    @Djangan Pakies : Insya Allah saya sudah mau nikah sama orang jawa pak. Tapi nggak tahu juga kalo nanti dapat jodoh orang padang hihihi

    BalasHapus
  13. @Mbak Tarry : ada mbak sinyal-sinyal pertemanan, kita kan cuma temenan aja.

    @Mbal Thia : Iya mbak memang kedengaran aneh panggilan itu. Lebih biasa dipanggil Mas Jier

    BalasHapus
  14. @Agung : salam kenal kembali

    @Bu Monda : Makasih bu

    @Una : Sama-sama una

    BalasHapus
  15. @Kang Sofyan : hahaha kang sofyan biasa aja. panggil mas jier aja kang.

    @Suichal : Salam kenal kembali, makasih doanya.

    @Kang Lozz : Bukan kang, orang jawa kok calonnya

    BalasHapus
  16. @Bu Yunda : Makasih atas sarannya bu, insya Allah saya sudah mau nikah sama orang jawa bu.

    BalasHapus
  17. Ciyee...
    Anita nih..
    suit..suit..

    Uda Jier..ga enak ahh..
    Aku panggil MAs jier saja..

    BalasHapus
  18. Kalo saya malah gonta-ganti panggilan sesuai yang manggil. Di rumah sama adik-adik dipanggil Kakak, di luar rumah ada yang manggil Abang, Mas, trus sekarang setelah punya anak panggilannya nambah jadi Pak dan Om. Hehehe...

    Salam kenal.

    BalasHapus
  19. cieeyy,,, jangan2 skarang yg jadi calon istrinya ya mas.. heheh *sok tau saya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.