Langsung ke konten utama

Punya pedang yang tajam harus punya gagang

Suatu hari terjadi obrolan antara seorang guru silat dan muridnya.

Murid : Guru, kapan saya diajari jurus?

Guru : Belum saatnya, kamu masih belum punya gagang.

Pada kesempatan yang lain si murid kembali meminta untuk diajari jurus. Namun kembali sang guru menjawab dengan jawaban yang sama.


Untuk yang ketiga kalinya sang murid kembali meminta, akhirnya sang guru berkata 

“Punya pedang yang tajam harus punya gagang dan kau masih belum mempunyai gagang yang bagus.”

Ilmu dan kemampuan seseorang itu ibarat pedang yang tajam, jika kita memegang atau menggunakan pedang yang tajam tanpa memiliki gagang maka hal itu bisa membahayakan diri kita maupun orang lain.

Yang dimaksud gagang di sini adalah akhlak dan budi pekerti yang baik. Banyak orang yang berilmu tinggi namun dia tidak mempunyai akhlak yang baik sehingga menggunakan ilmu, kekuasaan dan kekuatannya untuk menindas orang lain. Sebaliknya orang yang sadar bahwa segala kelebihan dan kekuatan yang ada pada dirinya merupakan amanah, maka dia akan menggunakannya dengan sebaik-baiknya sebagai sarana untuk beribadah dan menolong orang lain.


Bagaimana menurut anda?

Komentar

  1. bener sekali mas,,
    sekarang ini orang pinter banyak sekali, tapi orang bener susah dicari.
    Dan karena tidak dibarengi dengan akhlak yang baik, ilmu yg dimiliki pun tentunya tidak akan bermanfaat nanti di kehidupan yang sebenarnya.

    BalasHapus
  2. owalah,, kok saya komen pake akun blogspot yah.. :D

    BalasHapus
  3. wah jadi inget2 silat nih..
    memang benar kita harus hati-hati terutama dalam bertindak..
    nice :)..

    BalasHapus
  4. Betul.
    Percuma punya pedang yang bagus, tapi tidak ada gagangnya. Klao pun bisa untuk menebas, pasti akan melukai diri sendiri juga. :)

    BalasHapus
  5. Ooo ngerti ngerti.
    Setuju masss~ hihihi...

    BalasHapus
  6. Setuju, Mas Jier...
    termasuk kekuasaan juga ya.. klo nggak punya kendali diri wah berbahaya buat orang yg dipimpinnya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan tulis tanggapan, kritik, saran atau komentar anda.

Postingan populer dari blog ini

Daftar Pradana SMK Negeri 1 Salam

Pradana merupakan pemimpin sebuah Ambalan Penegak. Yang tugas adalah memimpin pengelolaan Dewan Ambalan dan mengkoordinasi kinerja Dewan Ambalan. Mengingat tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka seorang pradana dipilih dengan seksama sehingga mampu melakukan tugasnya dengan baik. Untuk mengetahui siapa saja pradana yang telah bertugas mulai dari masa Bhakti 2001/2002 maka bisa kita lihat video di atas. Berikut ini daftar pradana SMK Negeri 1 Salam mulai tahun 2001/2002 hingga sekarang.

Hidup Itu Seperti Toples

Sebagaimana orang kuliah, orang menjalani hidup pun juga punya "Cara" masing  - masing. Ada yang kuliah dengan santuy yang penting bisa lulus tepat waktu dengan nilai minimal C. Ada juga yang kuliah dengan belajar mati - matian. Mendalami ilmu dengan serius agar bisa bikin tesis yang mengguncang dunia. Atau agar setelah lulus bisa bikin terobosan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Demikian pula orang dalam menjalani hidup.  Ada yang menjalani dengan hidup dengan harapan yang nggak muluk - muluk. Waktunya kerja ya kerja. Waktunya beribadah ya beribadah. Waktunya tidur ya tidur. Semua dijalani dengan senang hati. Yang terpenting bagi mereka adalah hidup nggak nyusahi orang tua, nggak ngrepoti pemerintah dan nggak jadi beban masyarakat. Tapi ada pula orang menjalani hidup dengan target. Harus bisa gini, gitu dan seperti itu. Semua penuh rencana dan target yang jelas. Mereka terus mengembangkan diri. Meskipun dah jadi artis, mereka tetap bikin bisnis. Sudah pu

Andai Jalur Muntilan - Temanggung aktif kembali

Dalam lamunanku, aku membayangkan andaikata jalur kereta api Muntilan - Parakan masih aktif tentu aku bisa pergi ke rumah mertua dengan kereta api yang lebih aman dan tidak kebut-kebutan. Masih dalam lamunanku, aku membayangkan naik kereta dari Stasiun Muntilan, di sana sudah ada banyak penumpang yang berangkat dari Jogjakarta dan Tempel. Aku menyapa mereka dan memberikan senyuman hangat sambil m encari tempat duduk yang masih kosong. Tak lama berselang, kereta kembali berjalan melanjutkan perjalanannya. Berturut-turut kami melewati jembatan di Sungai Keji, Sungai Bangkong dan Sungai Pabelan. Setelah itu kereta kembali berhenti di Halte Pabelan.